Perlukah Mental itu dibangun? Sejauh mana Mental kita dalam bernegara?

Pejuang Ras Kulit Hitam AS - 'Sembilan Batu Kerikil'



Pertentangan Pelajar Ras Kulit Hitam AS atau pejuang 'sembilan batu kerikil'


Alkisah, sampai tahun 1957 di sebagian besar sekolah di AS masih berlaku sebuah "kearifan lokal" yaitu sekolah-sekolah negeri menerapkan pemisahan antara pelajar berkulit putih dan berkulit hitam. Para pelajar berkulit hitam tidak diperbolehkan untuk bersekolah di sekolah khusus kulit putih.

"Kearifan lokal" untuk memisahkan pelajar kulit hitam dan kulit putih itu sudah berlangsung lama di AS, seiring dengan praktek perbudakan di AS bagian selatan. Walaupun secara resmi praktek perbudakan sudah dihapus paska perang Sipil 1860-an, tetapi praktek-praktek ikutannya masih dipraktekkan di beberapa tempat yang sangat fanatik.

17 Mei 1954, Mahkamah Agung AS menyatakan bahwa praktek pemisahan berdasarkan warna kulit di sekolah-sekolah adalah tidak konstitusional dan melanggar amandemen ke 14 UUD AS. Untuk itu praktek pemisahan seperti itu harus dihentikan.

NAACP sebagai ormas kulit berwarna di AS menyatakan akan mendaftarkan anak-anak kulit hitam di sekolah-sekolah di negara-negara bagian di selatan. Tapi tampaknya di Arkansas mereka mengalami kesulitan. 

Terutama di wilayah Little Rock Arkansas. Mereka menganggap putusan MA tersebut tidak sesuai dengan kearifan lokal di Arkansas yang sudah berabad-abad dipraktekkan di masyarakat sana.

Kepala Sekolah di Little Rock Central High School akhirnya membuat sebuah proposal untuk secara bertahap melaksanakan perintah Mahkamah Agung tersebut di tahun 1957. Demikianlah, akhirnya di tahun 1957 NAACP mendaftarkan sembilan pelajar berkulit hitam di Little Rock Central High School tersebut. 


Ketika tahun ajaran sekolah dimulai, masyarakat pendukung "kearifan lokal" melakukan gerakan-gerakan untuk menentang masuknya 9 pelajar kulit hitam tersebut ke sekolah. Mereka melakukan demonstrasi, ancaman-ancaman dan persekusi supaya kesembilan anak tersebut takut dna mengurungkan niatnya untuk sekolah.

Saat hari pertama masuk sekolah, kelompok mayoritas tersebut bahkan melakukan penghadangan secara fisik sehingga 9 anak tersebut tidak bisa memasuki komplek sekolah. Gubernur Arkansas kemudian menjalankan tindakan daruratnya, yaitu menerjunkan Garda Nasional Arkansas secara bertahap hingga berjumlah 10.000 personil untuk mengamankan kesembilan pelajar tersebut.

Karuan saja, para tokoh masyarakat di wilayah sekolah tersebut melakukan aksi protes mengutuk tindakan gubernur Arkansas. Mereka menyerukan gerakan berdoa bersama 12-09-1957 di seantero Arkansas untuk menekan Gubernur Arkansas membatalkan perintahnya tersebut. 


Terjadi krisis di tengah masyarakat. AS terbelah dalam menyikapi peristiwa tersebut. Polarisasi masyarakat di AS tidak terhindarkan lagi. Presiden AS, Eisenhower, yang jagoan Perang Dunia 2 itu turun tangan untuk meredakan situasi yang panas.

Keadaan semakin memanas. Walikota Little Rock Arkansas akhirnya meminta bantuan Pemerintah Pusat Federal supaya mengirimkan tentaranya untuk memaksa integrasi terjadi dengan jalan meredakan situasi keamanan dan memberikan perlindungan kepada sembilan pelajar kulit hitam tersebut.

Permintaan sang walikota dijawab oleh Presiden Eisenhover. Menyadari bahwa Konstitusi AS harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan, maka sesuai dengan sumpah Presiden AS untuk melindungi UUD AS akhirnya Presiden menerjunkan pasukan Linud 101st Airborne Division ke Little Rock Arkansas. 


Pasukan 101st Airborne yang diterjunkan sengaja dipilih yang berasal dari personil kulit putih saja (tanpa melibatkan personil kulit hitam) untuk memberikan pesan bahwa UUD AS harus ditegakkan oleh siapapun termasuk semua kulit putih di militer AS. 


Kalau Kawan suka menonton film berlatar belakang Perang Dunia kedua seperti film Saving Private Ryan atau film serial Band of Brothers maka pasti mengenal pasukan yang legendaris ini. Demikianlah, di Little Rock Arkansas akhirnya diterjunkan pasukan militer Lintas Udara untuk memperkuat Garda Nasional Arkansas yang sudah bertugas sebelumnya. Mereka bertugas lengkap dengan seragam dan perlengkapan tempur sampai berjumlah lebih 10.000 personil.


Mungkin Kawan-kawan merasa tindakan Sang Presiden terlalu berlebihan, tapi tentu saja Sang Presiden yang adalah jagoan perang penakluk Nazi jerman itu punya perhitungan lebih baik dibandingkan kita semua. Kisahnya tidak berhenti hanya di situ. Kesembilan pelajar itu memang aman bisa memasuki sekolah, tetapi mereka harus siap mental dan fisik karena akan menghadapi perundungan, persekusi dan ejekan bahkan sampai kepada kepada ancaman fisik.


Bahkan gubernur Arkansas akhirnya sempat putus asa menghadapi penolakan keras dari rakyatnya dan berubah pikiran sehingga memutuskan upaya integrasi sekolah tersebut dibatalkan pelaksanaannya. Sekolah sempat ditutup sampai kemudian dibuka lagi tahun 1959 karena situasi yang semakin memanas.


Peristiwa di atas kemudian diingat sejarah sebagai LITLE ROCK NINE. Saya menyebut sembilan pelajar tersebut sebagai SEMBILAN BATU KERIKIL yang berani menjadi martir untuk AS yang lebih baik, tanpa diskriminasi ras. Mereka menjadi batu kerikil untuk membangun bangunan demokrasi AS yang lebih baik.


Kesembilan pelajar tersebut berhasil menyelesaikan pendidikannya.

Tahun 1999 Presiden Bill Clinton menganugerahkan bintang jasa Congressional Gold Medal untuk menghormati keberanian mereka sebagai tumbal demokrasi dan HAM di AS. Apakah yang bisa kita pelajari dari peristiwa bersejarah di lembaga pendidikan AS ini?


(Osa Kurniawan Ilham, penulis PEJAMBON 1945: Konsensus agung para peletak fondasi bangsa)

#iqra

#jasmerah

Comments